Thursday, May 20, 2010

smile.

saya tumbuh dengan cita-cita sebagai pelayan. mungkin kebutuhan saya tidak besar. mungkin ukuran bahagia saya tidak tinggi.
pelayan di kepala saya tidak bermimpi mempunyai rumah. dia tinggal di kamar sempit bertarif murah. dia tumbuh dengan keinginan yang sederhana// sehingga kamu dapat melihatnya tersenyum dan bersyukur setiap harinya karena tuhan memberi lebih dari yang dicita-citakan.

me.

ada satu waktu saat kamu merasa sendiri. seperti sendiri, seperti sepi. dan semua janji yang kamu ingat semakin membawa perih.
mungkin aku hanya ingin menangis. semudah itu. mungkin aku hanya ingin menghapus warna biru yang kamu berikan pada langit. seperti itu aku menggantinya dengan hitam.aku ini tidak lagi menyukai pemberianmu. dan sekotak awan putih itu sudah kubenamkan dalam tinta.
aku tidak menyukai harapanmu. ceritamu. anganmu. tidak lagi.

sa.

.sekali lagi aku menulis. untuk menghilangkan keinginan melukis. dengan darah.

keinginan-keinginan itu muncul lagi di kepalaku sa. aku ingin memukuli lenganku hingga membiru. mengagumi perubahan warnanya seperti aku mengagumi satu lukisan yang sedang dibuat oleh pelukis yang menggunakan cat murahan. seperti itu.
taukah kamu, aku ini ingin menyileti lengan kiriku dengan cutter sa. merasakan kulitku membuka dan memerah. menikmati tiap detiknya saat darah itu mengalir. aku ingin. keinginanku ini seperti gila. dan namamu kembali muncul di antara keinginan menjadi sakit.

tidak pernah aku menanyakan alasan atas semua kejadian. tuhan melakukan yang harus dilakukan. dan aku menanyakan padaku. ada apa dengan semua kebencian itu.

kalau aku pergi ke toko dan membeli satu isolasi paling besar yang pernah ada, lalu merekatkan bagian-bagian hati menjadi satu. apa jiwa ini bisa menjadi lebih baik sa? mungkin?

bertanya-tanya kenapa satu bayangan itu bernama sa. mungkin malaikat pelindungku berada dalam semangkuk bakso. siapapun kamu. kamu tidak menjalankan tugasmu sa.
aku seperti sakit sepenuhnya.